Bau harum dupa menghantarkan doa mereka kepada
dewa-dewa, berharap pagi ini mereka diberkahi. Seperti biasa sanggah kecil
didepan rumah mereka dan berbalut pakaian khas upacara adat Bali dan beberapa
sesajen tersedia rapi untuk melakukan sembahyang rutin mereka setiap hari.
Manusia
tak selamanya hidup di dunia hanya memerlukan dunia tapi kebatinan yang kuat
terhadap penciptanya dan menundukkan rasa syukur mereka. Begitu yang kulihat
setiap harinya.
Hari
beranjak sore, segeraku melangkahkan kaki menuju tangga lantai dua mengambil
jemuran baju. Disini ku tinggal bersama
keluarga kecil kakakku berserta suami dan kedua anaknya.
***
Setibanya
aku di kampus. Telah di sambut dengan patung ganesha super gede. Fakultas Ilmu
Kelautan terpapang jelas diatas pintu kelas. Entah pagi ini sekelilingku terasa
canggung, ataupun hanya perasaanku saja. Lyang membuyarkan lamunanku.
“
Pagi-pagi udah bengong aja may?”
Aku hanya balas senyum pasi.
Lalu
lalang sepanjang jalan setapak, kulihat sepasang kekasih dalam cintanya sedang
merajut kasih dalam bahagia dengan tawanya. “ Kenapa di dunia ini Tuhan harus
menciptakan sepasang jenis. Begitu ilfilnya aku lihat! Kenapa mereka bisa,
kenapa aku tidak. Antara jodoh dikejar maupun takdir, apa ini takdirku. Ahh…” teriakku mengagetkan sekeliling,mungkin mereka
anggapku gila. Tapi aku lelah dengan penantianku. “Bukannya aku bahagia seperti
ini, pergi sesuka tanpa ada posesif dari yang namanya mahluk cowok. Harusnya
aku bersyukur masih bisa bersama orang yang ku sayang.” “ Jangan anggap ini
terlalu bodoh may, kamu masih bisa menghabiskan waktu dengan sahabatmu.” Seruak
batinku.
“
Maya sayang, kamu kemana aja sih. Dicariin dikelas gak ada? Perpus, kantin gak
ada juga. Iyaelah menyendiri dibawah pohon, may kamu kayak mbah jimbrong aja
semedi gituan.” Ledeknya heran.
“
Tika sayang, tika cintaku. Lagi meditasi tau! Sebel aku kenapa kita berdua
nggak punya cowok, lihat noh Dewi putus dari Drian langsung dapet lagi.” Sambil
menunjuk kearah Dewi yang sedang berjalan dengan pacar barunya.
“
Mungkin kita kurang cantik,atau kurang agresif.”
“
Kenapa musti lihat penampilan luar, hatinya nomer berapa? Ini inih mahluk cowok
selalu lihat paras kapan sadar dar dar nya! Yee lo aja sonoh agresif.”
Geramnya.
“
May, dari pada bĂȘte jalan yuk, enak ini jam segini ke Dreamland.” Ajaknya.
“
Ahh… males, tapi bener juga ya. Yuk hayuk.” Girangnya.
***
“
Pouncu… aku pergi dulu ya, bilangin kak Tyas udah beres semua setrikaannya,
thank you.” Teriakku.
“
Iya …” jawabnya dari dalam rumah.
Ku
berlari menuju bagasi dan mengeluarkan motorku. Ku pacu motor matikku dan
berhenti didepan kos putri “Rahayu”. Iya, ini tempat Tika ngekos, Tika disini
sendiri nggak ada sanak keluarga, kami memang berteman lama dari SMA dan drari
Jawa pula. Tika tak ajak tinggal bersama keluargaku nggak mau, ya sudah.
Tika
udah siap berdiri depan motorku, kami berdua rencanaya mau survey biota laut di
Kuta dan Tika tak suruh temenin aku.aku udah siap dengan cameraku dan pakaian
diving. Tika tampak histerisnya saat sky boot kami melaju kencan hampir di
tengah pantai. Tika menyeruak gembira.
“
Maya… indah banget. Sumpah keren abis.”
Ku memcibirkan mulutku dengan senyum mengembang.
Tak berapa lama aku menceburkan diri dan ku amati sekeliling biota alam ini
mulai dari terumbu karang, hingga binatang unik-unik ada disini. Dari atas sky
boot ku mendengar Tika menteriakan. “ Hati-hati may.”
Hari
beranjak sore, aku dan tika udah selesai dari diving. Ku nikmati pemandang
sunset sambil Tika membelikanku sekaleng minuman soda. Tak beberapa lama
seorang anak kecil menghampiriku dan menyodorkan sepucuk surat beramplop putih
kepadaku. Aku dan Tika saling berpandang-pandangan dengan herannya.
“
Untuk kakak.” Tanyanya lembut.
“
Dari siapa manis?” jawabku penuh Tanya.
Dia hanya berlari dan tak menghiraukanku.
Tanganku memegang surat ini penuh dengan penasaran, ku buka pelan –pelan dan
membacanya dengan nada pelan.
Untuk Maya yang mengetarkan hatiku… (membaca
ini rasanya pengen mual, gombal banget.)
Tak seorang pun yang tahu kalau aku benar rindu
Tak seorang pun yang tahu kalau aku benar sayang
Terasa ini menyakitkan batinku, malu yang
berkecamuk di dada membuatku takut
Takut kalau aku benar-benar cinta sepenuhnya
denganmu,
Tapi aku malu may, malu mengungkapkan ini dan
kamu bakal membenciku.
Love, Aldo
“ Cie… cie… yang dapet surat cinta
inih.” Godanya padaku.
“ Apaan sih tik… kenal aja nggak.
Tapi ini siapa ya?” tanyaku.
Tika
hanya mengangkat bahunya tanda dia tak tahu. Dalam benakku seperti nggak asing
dengan nama itu.
“ Udah yuk pulang, capek.” Ajakku.
***
“ Maya, ada surat ini. kak Tyas
taruh di atas kulkas ya.” Teriaknya.
“ Hummm…” singkatku
Air yang tenang dan sejuk ini
membuatku sumringah dalam beraktivitas. Sepintas
dari dapur dan di atas kulkas kulihat sepucuk surat beramplopkan putih dan
mengoda mata untuk segera membacanya.
Maya…
Apakabar
may? Semoga pujaan hatiku dalam keadaan sehat.
Maafkan aku bila tak sopan dengan caraku yang
kekanak-kanakan.
Aku
tunggu kamu jam 3 sore di Kuta. Datang ya may.
Love,
Aldo
“ Aneh
deh, aku gak kenal tapi dia kenal aku banget. Inikah jodoh yang dikirimkan Tuhan
untukku, caranya romantis banget. Semakin penasaranku.” Sejenak kuberguman.
Ku bergegas menuju
kamar, dan ku otak-atik seisi lemari pakaianku, mencari pakaian yang sesuai,
dan mataku tertuju pada celana jins hitam, sweater biru panjang. Ku menatap
wajahku penuh dalam didepan cermin riasku. Mengotak-atik rambutku, ku mulai
mengoles bedak dipipiku menghiasi bibirku dengan lip goss dan tidak lupa jam
tangan purple siap menemani.
Ku melaju dengan
kecepatan sedang menuju arah Kuta. Perjalanan ke Kuta nggak terlalu jauh
sekitar 15 menit dari rumah kakakku. Ku parkirkan motorku didepan Hard Rock. Ku
berjalan penuh arti dalam hati rasa berkecamuk didada mulai resah dan mata ini
tertuju pada seorang lelaki tinggi menghadap arah pantai dengan kedua tangannya
diletakan diperutnya. Ku berjalan
menghampirinya, dan.
Ku memberanikan
diri menyentuh pundaknya penuh penasaran
dan takut. Dia membalikan badan, dan begitu terkejutnya aku ternyata dia teman
sekampusku cuma beda jurusan dia fakultas Kedokteran Hewan.
“ Aldo, ternyata kamu
Aldo yang ini.” tanyaku kaget padanya.
Dia hanya tersenyum manis dan menawan.
Aldo memberanikan diri memyentuh kedua tanganku dan mulai ia mengatur nafasnya
yang mulai tersengal-sengah untuk berkata.
“
Maya, ini aku yang sering meneror dengan surat itu, maafkan aku. Aku sayang
kamu May, tapi aku takut berhadapan langsung denganmu. Detik ini aku mencoba
mengutarakan perasaanku denganmu. Would you be my lover?”
“
Caramu kayak anak kecil pake surat segala, bikin penasaran sampai susah tidur
tau do. Hmmm gimana? Aldo… yes, I want to be your lover.”
Aldo memelukku dengan bahagianya dan
kami memandangi lauatan bersama-sama.
Cara Tuhan indah mempersatukan cinta
ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar