New Status
Welcome To My Blog :)

Senin, 12 November 2012

Pesan dari Bali


Bau harum dupa menghantarkan doa mereka kepada dewa-dewa, berharap pagi ini mereka diberkahi. Seperti biasa sanggah kecil didepan rumah mereka dan berbalut pakaian khas upacara adat Bali dan beberapa sesajen tersedia rapi untuk melakukan sembahyang rutin mereka setiap hari.
            Manusia tak selamanya hidup di dunia hanya memerlukan dunia tapi kebatinan yang kuat terhadap penciptanya dan menundukkan rasa syukur mereka. Begitu yang kulihat setiap harinya.
            Hari beranjak sore, segeraku melangkahkan kaki menuju tangga lantai dua mengambil jemuran baju.  Disini ku tinggal bersama keluarga kecil kakakku berserta suami dan kedua anaknya.
***
            Setibanya aku di kampus. Telah di sambut dengan patung ganesha super gede. Fakultas Ilmu Kelautan terpapang jelas diatas pintu kelas. Entah pagi ini sekelilingku terasa canggung, ataupun hanya perasaanku saja. Lyang membuyarkan lamunanku.
            “ Pagi-pagi udah bengong aja may?”
Aku hanya balas senyum pasi.
            Lalu lalang sepanjang jalan setapak, kulihat sepasang kekasih dalam cintanya sedang merajut kasih dalam bahagia dengan tawanya. “ Kenapa di dunia ini Tuhan harus menciptakan sepasang jenis. Begitu ilfilnya aku lihat! Kenapa mereka bisa, kenapa aku tidak. Antara jodoh dikejar maupun takdir, apa ini takdirku. Ahh…” teriakku  mengagetkan sekeliling,mungkin mereka anggapku gila. Tapi aku lelah dengan penantianku. “Bukannya aku bahagia seperti ini, pergi sesuka tanpa ada posesif dari yang namanya mahluk cowok. Harusnya aku bersyukur masih bisa bersama orang yang ku sayang.” “ Jangan anggap ini terlalu bodoh may, kamu masih bisa menghabiskan waktu dengan sahabatmu.” Seruak batinku.
            “ Maya sayang, kamu kemana aja sih. Dicariin dikelas gak ada? Perpus, kantin gak ada juga. Iyaelah menyendiri dibawah pohon, may kamu kayak mbah jimbrong aja semedi gituan.” Ledeknya heran.
            “ Tika sayang, tika cintaku. Lagi meditasi tau! Sebel aku kenapa kita berdua nggak punya cowok, lihat noh Dewi putus dari Drian langsung dapet lagi.” Sambil menunjuk kearah Dewi yang sedang berjalan dengan pacar barunya.
            “ Mungkin kita kurang cantik,atau kurang agresif.”
            “ Kenapa musti lihat penampilan luar, hatinya nomer berapa? Ini inih mahluk cowok selalu lihat paras kapan sadar dar dar nya! Yee lo aja sonoh agresif.” Geramnya.
            “ May, dari pada bĂȘte jalan yuk, enak ini jam segini ke Dreamland.” Ajaknya.
            “ Ahh… males, tapi bener juga ya. Yuk hayuk.” Girangnya.
***
            “ Pouncu… aku pergi dulu ya, bilangin kak Tyas udah beres semua setrikaannya, thank you.” Teriakku.
            “ Iya …” jawabnya dari dalam rumah.
Ku berlari menuju bagasi dan mengeluarkan motorku. Ku pacu motor matikku dan berhenti didepan kos putri “Rahayu”. Iya, ini tempat Tika ngekos, Tika disini sendiri nggak ada sanak keluarga, kami memang berteman lama dari SMA dan drari Jawa pula. Tika tak ajak tinggal bersama keluargaku nggak mau, ya sudah.
            Tika udah siap berdiri depan motorku, kami berdua rencanaya mau survey biota laut di Kuta dan Tika tak suruh temenin aku.aku udah siap dengan cameraku dan pakaian diving. Tika tampak histerisnya saat sky boot kami melaju kencan hampir di tengah pantai. Tika menyeruak gembira.
            “ Maya… indah banget. Sumpah keren abis.”
Ku memcibirkan mulutku dengan senyum mengembang. Tak berapa lama aku menceburkan diri dan ku amati sekeliling biota alam ini mulai dari terumbu karang, hingga binatang unik-unik ada disini. Dari atas sky boot ku mendengar Tika menteriakan. “ Hati-hati may.”
            Hari beranjak sore, aku dan tika udah selesai dari diving. Ku nikmati pemandang sunset sambil Tika membelikanku sekaleng minuman soda. Tak beberapa lama seorang anak kecil menghampiriku dan menyodorkan sepucuk surat beramplop putih kepadaku. Aku dan Tika saling berpandang-pandangan dengan herannya.
            “ Untuk kakak.” Tanyanya lembut.
            “ Dari siapa manis?” jawabku penuh Tanya.
Dia hanya berlari dan tak menghiraukanku. Tanganku memegang surat ini penuh dengan penasaran, ku buka pelan –pelan dan membacanya dengan nada pelan.

            Untuk Maya yang mengetarkan hatiku…  (membaca ini rasanya pengen mual, gombal banget.)

Tak seorang pun yang tahu kalau aku benar rindu
Tak seorang pun yang tahu kalau aku benar sayang
Terasa ini menyakitkan batinku, malu yang berkecamuk di dada membuatku takut
Takut kalau aku benar-benar cinta sepenuhnya denganmu,
Tapi aku malu may, malu mengungkapkan ini dan kamu bakal membenciku.
Love, Aldo
            “ Cie… cie… yang dapet surat cinta inih.” Godanya padaku.
            “ Apaan sih tik… kenal aja nggak. Tapi ini siapa ya?” tanyaku.
Tika hanya mengangkat bahunya tanda dia tak tahu. Dalam benakku seperti nggak asing dengan nama itu.
            “ Udah yuk pulang, capek.” Ajakku.
***
            “ Maya, ada surat ini. kak Tyas taruh di atas kulkas ya.” Teriaknya.
            “ Hummm…” singkatku
            Air yang tenang dan sejuk ini membuatku sumringah dalam beraktivitas. Sepintas dari dapur dan di atas kulkas kulihat sepucuk surat beramplopkan putih dan mengoda mata untuk segera membacanya.
Maya…
Apakabar may? Semoga pujaan hatiku dalam keadaan sehat.
Maafkan  aku bila tak sopan dengan caraku yang kekanak-kanakan.
Aku tunggu kamu jam 3 sore di Kuta. Datang ya may.
                                                                                                                        Love, Aldo
Aneh deh, aku gak kenal tapi dia kenal aku banget. Inikah jodoh yang dikirimkan Tuhan untukku, caranya romantis banget. Semakin penasaranku.” Sejenak kuberguman.
Ku bergegas menuju kamar, dan ku otak-atik seisi lemari pakaianku, mencari pakaian yang sesuai, dan mataku tertuju pada celana jins hitam, sweater biru panjang. Ku menatap wajahku penuh dalam didepan cermin riasku. Mengotak-atik rambutku, ku mulai mengoles bedak dipipiku menghiasi bibirku dengan lip goss dan tidak lupa jam tangan purple siap menemani.
Ku melaju dengan kecepatan sedang menuju arah Kuta. Perjalanan ke Kuta nggak terlalu jauh sekitar 15 menit dari rumah kakakku. Ku parkirkan motorku didepan Hard Rock. Ku berjalan penuh arti dalam hati rasa berkecamuk didada mulai resah dan mata ini tertuju pada seorang lelaki tinggi menghadap arah pantai dengan kedua tangannya diletakan diperutnya.  Ku berjalan menghampirinya, dan.
Ku memberanikan diri  menyentuh pundaknya penuh penasaran dan takut. Dia membalikan badan, dan begitu terkejutnya aku ternyata dia teman sekampusku cuma beda jurusan dia fakultas Kedokteran Hewan.
“ Aldo, ternyata kamu Aldo yang ini.” tanyaku kaget padanya.
Dia hanya tersenyum manis dan menawan. Aldo memberanikan diri memyentuh kedua tanganku dan mulai ia mengatur nafasnya yang mulai tersengal-sengah untuk berkata.
                 “ Maya, ini aku yang sering meneror dengan surat itu, maafkan aku. Aku sayang kamu May, tapi aku takut berhadapan langsung denganmu. Detik ini aku mencoba mengutarakan perasaanku denganmu. Would you be my lover?”
                 “ Caramu kayak anak kecil pake surat segala, bikin penasaran sampai susah tidur tau do. Hmmm gimana? Aldo… yes, I want to be your lover.”
Aldo memelukku dengan bahagianya dan kami memandangi lauatan bersama-sama.
            Cara Tuhan indah mempersatukan cinta ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar